Doni dipagi hari..

Doni. Hatinya meranggas saat mendengar obrolan pagi antara orang tuanya dan pak Syabran, lelaki paruh baya yang baru pertama kali datang ke kedai kopi kecil milik orang tuanya. Kedai berukuran 2.5x3 meter itu sudah menjadi sumber mata pencaharian keluarga Doni sejak 6 bulan yang lalu. Pak Syabran bercerita tentang kisah hidupnya. Kisah hidup saat pak Syabran mengalami fase paling sulit dalam hidupnya hingga kesuksesan yang susah diraihnya sekarang. Dengan bangga pak Syabran menceritakan usaha besi bekas yang sudah digelutinya selama 4 tahun terakhir. Mimik wajah emak dan bapak Doni berubah-ubah mendengarkan setiap alur cerita hidup pak Syabran. Mimik kagum emak dan bapak Doni pun muncul saat pak Syabran menunjuk Honda Jazz yang terparkir didepan kedai kopi mereka. Bapak Doni berdecak kagum, matanya berbinar melihat mobil hitam mengkilap yang gagah itu. Hati Doni semakin meranggas. Ingin sekali ia mengutuk dirinya sendiri.

"Ya Allah..kapan aku bisa membelikan mobil seperti itu buat bapak dan emak? membeli sepeda baru untuk bapak kerja saja aku masih belum mampu. Ya Allah.. kuatkan aku, aku rela bekerja lebih keras lagi untuk membuat bapak dan emak bahagia" derainya dalam hati. 

Doni mencium tangan kedua orang tuanya dan berpamitan. Kedua sudut bibirnya ditarik ke belakang saat ia mengangguk ramah menyapa pak Syabran. Lalu Doni beranjak dengan sepeda ontel tua milik bapaknya. Ia mempercepat kayuh sepedanya agar tidak terlambat sampai ke toko koko Aliang tempat ia bekerja. "Ya Allah, beri aku kesehatan agar aku tetap kuat untuk memanggul karung-karung beras itu. Semakin banyak karung beras yang kuangkut, semakin banyak uang yang akan kudapat." 

Doni. Disapunya tetesan air mata yang mulai keluar dari sudut kedua matanya. Doni mempercepat laju sepedanya. Dan hatinya semakin meranggas.